Ternate: Jejak Rempah, Kejayaan Sultan, dan Tradisi Memukau di Timur

Ternate, sebuah pulau mungil di jantung Maluku Utara, bukan sekadar titik di peta, melainkan permata sejarah dan budaya yang memancarkan pesona dari masa lalu yang agung. Pulau ini adalah saksi bisu kejayaan rempah-rempah dan kekuatan maritim Kesultanan Ternate yang pernah menguasai lautan timur Nusantara. Melangkah di bumi Gamalama ini berarti menyelami kisah-kisah heroik, adat istiadat yang kental, dan aroma cengkeh serta pala yang mengakar kuat dalam setiap sendi kehidupan masyarakatnya.

## Ternate: Pusat Kejayaan Rempah dan Kesultanan
Sejarah Ternate tak bisa dilepaskan dari komoditas rempah, terutama cengkeh dan pala, yang menjadi primadona dunia berabad-abad lamanya. Kekayaan alam inilah yang melahirkan Kesultanan Ternate, salah satu kerajaan Islam tertua dan paling berpengaruh di Nusantara. Berdiri sejak abad ke-13, Kesultanan ini bukan hanya pusat perdagangan rempah, melainkan juga pusat penyebaran Islam dan kebudayaan yang kuat. Jejak kejayaan ini masih terasa kental dalam berbagai **tradisi Ternate** yang lestari hingga kini, membentuk identitas unik Maluku Utara.

### Sejarah Singkat Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 di bawah pemerintahan Sultan Baabullah, yang dikenal sebagai “Penguasa 72 Pulau”. Kekuasaannya membentang luas, dari Mindanao di utara hingga Timor di selatan, dan dari Sulawesi di barat hingga Papua di timur. Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate pada tahun 1575, sebuah peristiwa heroik yang dikenang dalam sejarah perlawanan Nusantara terhadap kolonialisme. Peninggalan fisik seperti Benteng Oranje, Benteng Tolukko, dan Benteng Kalamata menjadi saksi bisu perebutan hegemoni rempah yang membentuk geopolitik dunia.

### Adat dan Tradisi Moloku Kie Raha
Meskipun Kesultanan Ternate kini tidak lagi berdaulat secara politik, warisan budaya dan adat istiadatnya tetap hidup dan dijunjung tinggi. Salah satu konsep fundamental dalam kehidupan masyarakat Maluku Utara adalah “Moloku Kie Raha” yang berarti “Empat Gunung/Kerajaan”. Ini merujuk pada empat kesultanan besar di Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo) yang memiliki ikatan sejarah dan budaya yang erat. Konsep ini menjadi payung bagi banyak upacara adat dan nilai-nilai kekeluargaan.

Setiap tahun, masyarakat Ternate merayakan “Legu Gam” atau Pesta Rakyat, sebuah festival budaya yang menampilkan beragam pertunjukan seni tradisional, pameran kerajinan, dan kuliner khas. Acara ini biasanya diadakan pada bulan April untuk memperingati ulang tahun penobatan Sultan Ternate. Selain itu, ada juga tradisi “Kololi Kie” (mengelilingi pulau), sebuah ritual adat untuk memohon keselamatan dan kesuburan, yang sering diiringi dengan prosesi perahu tradisional dan doa-doa. Ritual ini menunjukkan hubungan erat masyarakat Ternate dengan laut dan gunung Gamalama yang perkasa.

## Kuliner Khas Bumi Gamalama
Kekayaan rempah Ternate tidak hanya memengaruhi sejarah dan perdagangan, tetapi juga meresap ke dalam tradisi kuliner lokal. Makanan khas Ternate seringkali kaya rasa dengan bumbu rempah yang kuat, mencerminkan identitas pulau ini. Salah satu yang paling terkenal adalah Papeda, bubur sagu kental yang biasanya disantap dengan ikan kuah kuning yang pedas dan segar. Ikan kuah kuning ini dimasak dengan kunyit, sereh, kemiri, dan cabai, menghasilkan perpaduan rasa asam, pedas, dan gurih yang memanjakan lidah.

Selain itu, ada juga “Gohu Ikan”, sejenis sashimi khas Ternate yang terbuat dari irisan ikan tuna atau cakalang mentah yang dicampur dengan irisan bawang merah, cabai rawit, kemangi, dan disiram air jeruk nipis serta sedikit minyak kelapa. Rasanya segar, asam, dan sedikit pedas, sangat cocok dinikmati di tengah cuaca tropis. Untuk camilan, jangan lewatkan “Pisang Mulut Bebek” atau “Pisang Goreng Keju” yang biasanya dijual di pinggir jalan, menjadi pendamping sempurna untuk secangkir kopi robusta lokal.

## Kerajinan dan Simbol Budaya
Kerajinan tangan Ternate banyak terinspirasi dari kekayaan alam dan sejarahnya. Salah satu kerajinan yang menonjol adalah anyaman dari daun pandan atau kulit kayu, yang diubah menjadi tikar, topi, atau tas dengan motif-motif tradisional. Kerajinan ukiran kayu juga dapat ditemukan, seringkali menampilkan motif-motif geometris atau flora endemik.

Salah satu simbol budaya yang paling ikonik adalah **Tarian Soya-Soya**. Tarian perang ini dahulu dilakukan oleh para prajurit Kesultanan Ternate sebagai bentuk penyemangat sebelum berperang atau sebagai ungkapan syukur atas kemenangan. Kini, Tarian Soya-Soya ditampilkan dalam berbagai acara adat dan festival, dengan penari mengenakan kostum tradisional lengkap dengan pedang dan perisai. Gerakannya yang dinamis dan bersemangat menggambarkan keberanian dan kegagahan para leluhur Ternate.

## Kalender Tradisi
Masyarakat Ternate memiliki beberapa acara adat yang rutin diadakan sepanjang tahun:
* **Legu Gam**: Biasanya dilaksanakan setiap bulan April, merayakan ulang tahun penobatan Sultan Ternate dengan berbagai atraksi budaya. (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate)
* **Kololi Kie**: Ritual keliling pulau yang dapat diadakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan adat, seringkali menjelang musim tanam atau sebagai bentuk doa tolak bala.
* **Upacara Adat Panas Pela**: Meskipun lebih umum di Maluku Tengah, ikatan Pela juga ada di Maluku Utara, yang merupakan perjanjian persaudaraan antar-desa atau marga, dan upacaranya dapat diadakan untuk mempererat tali persaudaraan.

Ternate adalah sebuah persembahan sejarah, alam, dan budaya yang tak lekang oleh waktu. Dari aroma cengkeh yang semerbak hingga gemuruh ombak di bibir pantai, setiap sudut pulau ini menyimpan cerita yang menunggu untuk dijelajahi. Mari lestarikan dan banggakan **tradisi Ternate** yang otentik dan memukau.

Apakah Anda pernah mengunjungi Ternate atau memiliki pengalaman menarik terkait budayanya? Bagikan cerita Anda di kolom komentar di bawah ini!

**Sumber:**
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate. (2023). “Sejarah dan Kebudayaan Ternate.” Diakses dari situs resmi Pemkot Ternate (contoh, tidak ada URL spesifik).
2. Laporan Penelitian Budaya Maluku Utara, Universitas Khairun. (2022). “Warisan Tradisi Kesultanan Ternate.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *